
Isu Politik dan Agama memang dua aspek yang
sudah lama berkembang di negeri kita tercinta ini. Isu ini juga bukan merupakan
hal tabu yang dapat kita tutup telinga dan mulut jika ingin mengkritisi. Isu
ini bagi saya sebenarnya juga tidak begitu menarik untuk dibahas. Namun,
sepertinya masyarakat kita masih sangat perlu di tatar mengenai Politik dan
Agama. Lantas hal apa yang membuat saya tertarik untuk menulis mengenai isu
ini? Pilkada DKI Jakarta 2017 yang membuat saya harus meluapkan apa isi pikiran
saya dalam tulisan ini.
Saya
tidak mendadak paham politik saat Pilkada DKI Jakarta ini, karena sejak saya duduk
dibangku SMA sudah mempelajari berbagai isu politik di negeri ini. Namun, saya
akui sudah mulai gerah melihat Politik dan Agama yang di gabung-gabungkan.
Padahal, Politik dan Agama itu berlawanan arah. Tidak hanya warga DKI Jakarta
yang terpengaruh akan isu ini, tetapi seluruh rakyat Indonesia dibuat terfokus
pada dua aspek ini. Politik bukan mengenai siapa yang akan Anda pilih sesuai
agamanya dengan Anda atau tidak. Salah satu aspek Politik adalah mengenai Anda
sebagai warga negara memiliki hak pilih untuk memilih pemimpin berkompeten yang
bisa membangun daerah dan warganya dengan merata dan untuk dipilih sebagai wakil
rakyat. Terpenting adalah wakil rakyat yang tulus untuk melayani masyarakatnya.
Masyarakat
Indonesia masih banyak yang belum bisa dewasa dalam memberantas isu Politik dan
Agama. Politik mengenai tatanan aturan negara sedangkan Agama berisi aturan-aturan
mengikat antara kehidupan Anda dengan semesta dan Sang Pencipta. Namun pada
implementasinya banyak masyarakat yang menghembuskan isu Politik Beragama. Dua
aspek ini berbeda namun bisa memecah pola pikir manusia. Adakah yang salah
antara Politik dan Agama?
Tidak
ada yang salah antara Politik dan Agama. Dua aspek ini memiliki peran masing-masing
tergantung sebagaimana kita manusia yang berakal budi dapat memahaminya dengan
baik. Tetapi, yang harus digaris bawahi adalah Politik Beragama itu mengancam! Politik
yang membawa-bawa Agama dalam suatu pemilihan umum rakyat dapat memecah
kesatuan negeri ini. Republik Indonesia memiliki kesetaraan hak. Baik Agama
mayoritas dan minoritas memiliki hak yang sama di mata hukum untuk dipilih atau
memilih.
Sangat
disayangkan apa yang sudah terjadi pada pemilhan umum. Dimana saat pemilihan
kepala untuk daerah tertentu, menggunakan isu Agama agar tidak memilih pemimpin
yang tidak sesuai dengan Agamanya. Orang-orang mendadak agamis demi memenangkan
calon pemimpin yang sesuai dengan keyakinannya. Mengerikan sekali! Bagaimana
bisa pola pikir ini bisa menyerang rakyat yang sudah merdeka selama 71 tahun?
Pernahkah terlintas dipikiran Anda jika membawa Politik Beragama, sudah
mengecewakan Tuhan karena saat berpolitik saja Anda membawa-bawa namaNya?
Saya
juga bukan manusia sempurna yang sudah 100% memahami Politik dan Agama yang
dianut. Namun, Politik Beragama itu tidak dibenarkan. Politik Beragama dapat
membawa Anda menjadi radikal. Dimana Anda membawa Agama yang Anda anut hanya
untuk kemenangan belaka dalam Politik negeri ini. Kemudian membenarkan tindakan
Anda dengan sudah membela Agama di dalam Politik. Ingat, iman Andalah yang
membawa hubungan Anda dengan Tuhan, bukan Agama!

Contoh
dalam pemilihan umum presiden dan kepala daerah yang mengutamakan keyakinan pribadi calon
padahal sang calon memiliki track record
yang buruk dalam kepemimpinan seperti: korupsi, suap, mafia, dan lain
sebagainya tapi dibenarkan untuk memilih karena Agamanya sama. Sedangkan calon
pemilih yang tidak se-Agama namun memiliki prestasi pernah membangun daerah
tidak dibenarkan malah dianggap tidak pantas. Inilah ketakutan saya! Dimana
Politik Beragama sangat menghancurkan semangat pejuang kemerdekaan dalam
membangun Bhineka Tunggal Ika.
Pasti
banyak orang yang menganggap pemikiran saya ini adalah Sekularisme (paham dalam
memisahkan Agama dan kehidupan duniawi). Bukan! Ini mengenai kesetaraan HAM
(Hak Asasi Manusia) yang tidak membedakan Agama, suku, dan ras. Alangkah
baiknya apabila dalam Politik, kita tetap menganut paham ajaran Tuhan seperti
contoh: dalam pemilihan umum diselenggarakan damai dan saling mengasihi baik
pemilih dan yang dipilih dari berbagai Agama, suku, dan ras. Bukan dengan
menghasut banyak orang untuk memilih karena seagama saja atau bahkan menebarkan
isu fitnah yang keji, dan membedakan makhluk ciptaan Tuhan dengan perspektif
yang buruk. Dengan hal ini kita menjadikan Agama sebagai panutan dalam
berpolitik dan tidak menggunakan sekularisme. Semoga Politik Beragama dapat diminimalizir dalam pemilihan umum berikutnya di Indonesia. Menciptakan Indonesia yang ber-Bhineka sesungguhnya.
Indonesia
dianugerahi Tuhan suatu ke-Bhinekaan yang sangat unik dan baik. Maka alangkah
baiknya tetap kita jaga persatuan negeri ini. Indonesia juga bukan negara
agama. Sebagai manusia, patut kita rangkul setiap golongan masyarakat. Eratkan
persaudaraan dan jauhkan Politik Beragama! Mari kita sebagai generasi modern
untuk lebih membuka cakrawala pemikiran agar terwujudnya Bhineka Tunggal Ika untuk
negeri ini. Indonesia Raya!
Sebagai pelengkap opini ini, ada beberapa
kutipan favorit saya dari orang-orang hebat Indonesia yang dapat membangun
pemikiran kita umat manusia:
“Agama
memang menjauhkan kita dari dosa, tapi berapa banyak dosa yang kita lakukan
atas nama agama?” –Raden Ajeng Kartini (1879-1904)
“Marilah
kita bangun bangsa dan kita hindarkan pertikaian yang sering terjadi dalam
sejarah, inilah esensi tugas kesejahteraan kita, yang tidak boleh kita lupakan
sama sekali.” –K.H. Abdurrahman Wahid (1940-2009)
Ditulis oleh: Hartati Vidiana/ 19tahun
Mahasiswi yang masih belajar Politik dan
Agama
(April, 2017)