MOVIE REVIEW: CAPTAIN AMERICA: CIVIL WAR


           Kembali lagi Marvel Cinematic Universe menyelesaikan PR untuk Trilogi Superheronya. Kini, Captain America mendapat gilirannya dengan judul Captain America: Civil War yang tayang pada 27 April 2016 di seluruh bioskop di Indonesia. Euphoria untuk Civil War sudah terjadi dua minggu sebelum penayangannya. Terbukti dengan penjualan tiket sebelum pertunjukan yang dilakukan oleh beberapa penyedia teater di Indonesia. Namun, apakah euphoria film ini berbanding lurus dengan hasil ‘tangan’ Anthony dan Joe Russo? Berikut ulasan/review film Captain America: Civil War yang saya tulis untuk penikmat film semua.
                Mungkin ini alasan mengapa Marvel Studios kembali mempercayakan The Russo Brothers untuk menggarap Civil War, hasil kerja untuk film Captain America sebelumnya dengan sub-judul The Winter Soldier sukses besar bukan hanya dari segi pendapatan tetapi juga kritik dari kritikus. Kembali mengulang sukses untuk Civil War. Banyak orang ragu bahwa film ini tidak terfokus pada karakter judul yakni Captain America, namun The Russo Brothers menjawabnya. Film ini 80% merupakan cerita untuk Captain America. Sisanya adalah konflik internal yang terjadi di dalam The Avengers yang memicu terjadinya Civil War.
                Civil War memberikan ketegangan cerita dari durasi awal penayangan dengan kisah masa lampau The Winter Soldier yang begitu menarik. Menjawab semua pertanyaan penonton di film kedua Captain America. Mengapa The Winter Soldier begitu kejam? Apa yang membuatnya tak pandang bulu dalam membunuh? Mengapa sorot matanya begitu dingin? Apa yang dilakukan HYDRA terhadap Bucky? Lalu Civil War membawa kita kepada petualangan ‘The New Avengers’ yang memicu kemarahan masyarakat di kota Lagos. Kesalahan tersebut menjadi daftar baru untuk membentuk The Avengers menjadi lembaga yang diawasi pemerintah (Sokovia Accords).
                Plot singkat dan dinamis yang The Russo Brother kemas dalam konflik ‘adu mulut’ para di The Avengers terkesan padat dan tidak bertele-tele sehingga tidak menimbulkan ‘bosan’. Tidak seperti di film pertama The Avengers yang memberikan kesan ‘basi’ saat terjadi ‘adu mulut’. Kehidupan pribadi Steve Rogers pun kembali diangkat setelah redup di film kedua. Kematian Peggy Carter memberikan kesan sedih mendalam untuk Steve. Sorot mata kesedihan yang mendalam mampu diapik baik oleh Chris Evans sebagai aktor. Chris Evans disini benar-benar harus mendapat pujian luar biasa. Scene dalam mencegah Bucky kabur menggunakan helicopter, kemudian ditahan dan ditarik Steve menjadi scene terbaik Captain America: Civil War. Namun, poor Sharon Carter. Perannya sebagai Agent 13 yang sekarang menjadi Agent CIA dan keponakan dari Peggy Carter tidak memberikan dampak berarti ‘lagi’. Mengapa? Seperti di film Captain America: The Winter Soldier, peran Sharon Carter terkesan seperti tidak berguna atau trash dan membuat film agak sedikit minus. Kembali The Russo Brothers mengulang kesalahan yang sama. Memang di muat bahwa agaknya, Sharon menjadi love-interest baru Steve Rogers tetapi terkesan seperti tidak penting. Bahwasanya apa yang di perankan Sharon Carter bisa dan lebih tepat dilakukan oleh Natasha Romanoff/Black Widow.
                Peran krusial yang dicapai Black Widow. Sahabat yang tidak meninggalkan Steve disaat perenungan mendalam, antara merelakan kepergian cintanya dan dilema perbedaan ideologi internal teman-temannya (The Avengers). Natasha dalam pemikirannya setuju dengan (Sokovia Accords)/#TeamIronMan namun hatinya tetap berpihak pada Steve. Terbukti dengan di akhir-akhir film, ia menolong Steve dalam misinya. Apa yang dilakukan Black Widow pada film ini lebih kepada menolong Steve terhindar dari masalah-masalah. Dan saling peduli tercipta antara Steve dan Natasha.
                Porsi baik yang diberikan The Russo Brother untuk peran-peran anggota The Avengers cukup baik dan tepat. Hal baru seperti ketertarikan antara Vision dan Scarlet Witch menambah nuansa baru film. Kostum baru Falcon yang disesuaikan dengan komik. Munculnya Hawkeye dari pensiunannya. Lalu tiga tokoh baru yang menjadi penyegar film ini adalah; Black Panther, Ant-Man, dan Spiderman. Akhirnya Spiderman kembali ke asalnya homecoming Marvel Cinematic Universe. Dialog komedi segar yang diberikan antara Peter Parker dan Tony Stark memiliki tempat tersendiri untuk film ini. Tingkah laku dan perkataan Peter Parker yang memberikan tambahan warna baru untuk Captain America: Civil War.
                Jangan lupakan Ant-Man. The suit was getting bigger! You know what I mean. Giant-Man akhirnya beraksi bersama Scott Lang. Pertarungan asik bukan hebat yang terjadi antara Spiderman vs Giant-Man mempunyai porsi pas dan unik. Lalu, Black Panther akan membawa kita ke lingkup kerajaan Wakanda. Sebagai seorang anak yang baru ditinggalkan ayahnya meninggal memiliki tanggungjawab besar untuk menjadi raja dan ksatria Wakanda namun diliputi dendam terhadap pembunuh ayahnya. Kebijaksaan Black Panther menjadi moral teaching untuk film ini.
                Pertengkaran, perbedaan ideologi, dan ke-egoisan hanya faktor umum yang membuat film Captain America: Civil War menjadi biasa saja. The Russo Brothers mengangkat Dr. Helmut Zemo menjadi villain utama di film ini. Berkamuflase yang sebenarnya adalah terrorist berbahaya menjadi peran krusial terhadap pertarungan yang terjadi antar #TeamCaptain vs #TeamIronMan. Adu domba yang diperbuat Zemo menjadi scene menegangkan dalam Civil War. Pemunculan tokoh yang relevan dan tepat untuk karakter Zemo.  Bagaimana tidak? Apa yang Zemo lakukan membuat beberapa anggota The Avengers #TeamCaptain harus terkurung dalam penjara bawah laut seperti kriminal yang melakukan kejahatan luar biasa. Great story!
                CGI yang dimiliki film ini tidak perlu diragukan lagi ke-apikannya terlebih untuk scene Captain America vs Iron Man yang dimuat seperti di dalam komik. Secara garis besar, plot/alur cerita dan konflik yang digarap The Russo Brothers sangat baik dan menjadi film terbaik sepanjang alur sinetron Marvel Cinematic Universe untuk episode 13 dan akan dibawa kepada Avengers: Infinity Wars.
Akhir cerita yang menarik dari seluruh film-film Marvel Cinematic Universe dimana, Steve melepaskan his shield, melepaskan ‘ke-batuaannya’ merangkul Tony, dan pemberontakan yang dilakukan Steve membaskan tawanan kembali namun kita tetap tidak tahu apa yang akan terjadi dan menjadi sebuah penasaran berikutnya. Tetap seharusnya film ini membuat 90% kisah untuk Steve Rogers agar terkesan menjadi akhir trilogi Captain America yang sempurna. FYI: Trilogi Captain America menjadi satu-satunya film superhero trilogi yang dari film pertama, kedua, dan ketiga memiliki porsi film yang semakin baik dari sebelumnya. 8,3/10 untuk Captain America: Civil War.

P.S: tetap duduk di kursi teater sampai end-credit selesai ya! Have a nice day. Thank you for reading my review.


Berikut daftar casts Captain America: Civil War



by: Hartati Vidiana (May, 2016)

 
Hanya Sebuah Coretan Blog Design by Ipietoon